Minggu, 28 November 2021

Cara Budidaya Cacing Sutera Bagi Pemula

 


Keberadaan cacing sutra memang tidak pernah lepas dari kebutuhan petani ikan konsumsi dan pembudidaya ikan hias. Pasalnya, cacing sutra merupakan kebutuhan pokok untuk pakan ikan. Cacing bertubuh tipis ini sangat disukai oleh benih ikan konsumsi, seperti lele, mas, patin, gurami, belut, sidat, bahkan juga ikan hias. Selain digemari ikan, cacing sutra mengandung 53% protein dan 13% lemak, sehingga sangat cocok sangat menunjang untuk pertumbuhan ikan.

Cacing sutera biasanya disebut dengan cacing rambut atau cacing darah karena warnanya menyerupai darih. Cacing ini memiliki ukuran yang sangat kecil, ukurannya hampir sama dengan rambut dengan panjang sekitar 1 -3 cm.

Cacing sutra hidupnya membentuk koloni  di perairan yang jernih kaya akan bahan organik. Kandungan tubuhnya terdiri dari 57% protein serta 13% lemak, dengan komposisi tersebut, sehingga sangat cocok cacing sutra untuk pakan ikan. Selain itu harga cacing sutra juga yang saat ini sudah terjangkau sehingga sudah banyak orang yang memulai usaha ternak cacing sutra. 

Cara Budidaya Cacing Sutra Tanpa Lumpur

Cacing sutra merupakan jenis cacing yang hidup berkelompok bersifat hemaprodit. Ternak cacing sutra saat ini sudah sangat menjanjikan, cacing sutra digunakan untuk pakan ikan hias. Selain itu harga cacing sutra pun kini sudah sangat terjangkau. Cacing sutra bisa bertahan hidup dalam kondisi air yang mengandung lumpur dengan tingkat kedalaman 0-4 cm. 

Dalam ternak cacing sutra, bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Yang sedang populer adalah budidaya cacing sutra tanpa lumpur. Cara ini merupakan cara beternak cacing sutra modern. Sebelum memulai beternak cacing sutra, ada baiknya kita mengenal klasifikasi cacing sutra

  • Budidaya cacing sutra memiliki syarat hidup, peranan air dalam budidaya ini sangat penting karena untuk mendukung perkembangan. Air yang bagus untuk budidaya ini memiliki ciri ciri antara lain memiliki pH sekitar 5.5 -8.0, Pastikan suhu udaranya jangan terlalu tinggi, berkisar antara 25 – 280 C, Kandungan oksigen pada air sekitar 2,5 – 7,0 ppm. 
  • Membuat Bibit Cacing Sutra

    Mendapatkan bibit cacing sutra bisa didapatkan di toko ikan hias atau bisa juga diambil dari alam. Jika anda ingin mengambil bibit cacing sutra, pastikan cacing harus dikarantina terlebih dahulu karena dikhawatirkan membawa bakteri patogen. cacing sutera ini dikarantina 2 sampai 3 hari dengan cara dialiri air bersih dengan volume air yang kecil pastikan juga air memiliki kandungan oksigen yang cukup.

    Media Budidaya Cacing Sutra

    Budidaya cacing sutra tanpa lumpur bisa menggunakan nampan plastik. Pada prinsipnya dalam ternak cacing sutra yang terpenting adalah air, air harus tetap dalam kondisi mengalir. Budidaya dengan nampan plastik bisa dengan sistem rak karena terbilang mudah dan rapi dimana saluran air yang masuk cukup diletakan pada nampan paling atas

    Perawatan cacing sutra

    Perawatan dan pemeliharaan cacing sutra bisa dimulai dengan menjaga debit air tetap pada kisaran 5-7 cm. jangan lupa juga berikan fermentasi kotoran ayam dan makanan tambahan seperti sawi dan ampas tahu sampai memasuki umur 10-12 hari.

  • Panen cacing sutra

  • Cacing sutra sudah bisa dipanen ketika memasuki umur 70-75 harii setelah biang cacing sutra ditebar. Teknis panen cacing sutra adalah dengan meletakan nampan plastik ditutup hingga gelap. Biarkan 5-6 jam akan terlihat cacing akan bergerombol di permukaan. Lalu kumpulan cacing tersebut diambil menggunakan serok atau tangan.

  • Alat dan bahan budidaya cacing sutra
  • NoBahan
    1Kotoran per karung5 x 1000050000
    2Starter Cacing Sutra5000050000
    NoBahan
    1Kayu200000200000
    2Baskom10 x 10000100000
    3Selang2000020000
    4Filter7500075000
    5Peralon5000050000
    Total545000

Pentingnya Adaptasi dan Aklimatisasi Benih Ikan Sebelum ditebar

 


Dalam budidaya perikanan pada umumnya, ikan memerlukan proses adaptasi dan aklimatisasi supaya dapat bertahan hidup di lingkungan yang baru. Pembudidaya perlu memahami proses adaptasi dan aklimatisasi dalam budidaya lele. Adaptasi merupakan kecakapan atau kemampuan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru supaya bisa bertahan hidup dengan baik. 

Jenis-jenis adaptasi :

  1. Adaptasi Morfologi
    Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian pada bentuk dan struktur tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan makhluk hidup seperti ikan lele mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak bulat, dan tidak bersisik.
  2. Adaptasi Fisiologi
    Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian yang diberi pengaruh oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada fungsi mekanisme dan cara kerja organ tubuh untuk mempertahankan hidup seperti fungsi ikan lele memiliki labirin sebagai alat bantu pernapasan di dalam lingkungan yang minim oksigen.
  3. Adaptasi Tingkah Laku
    Adaptasi tingkah laku merupakan penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku atau perilaku terhadap lingkungannya seperti pada siang hari ikan lele lebih banyak bersembunyi di dalam sarang dan berdiam diri.
Pengertian dari proses aklimatisasi ialah proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda sehingga perubahan kondisi tersebut tak menyebabkan stress. Aklimatisasi perlu dilakukan secara cermat dan penuh kesabaran agar tingkat stress ikan terhadap perubahan lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga kualitas ikan dapat dipertahankan secara maksimal. 

Proses aklimatisasi dalam budidaya lele antara lain:

Pemindahan ikan terutama benih yang masih dalam kemasan ke kolam yang baru. Usahakan agar kemasan benih tersebut dikumpulkan pada suatu tempat yang mudah untuk dijangkau di dalam kolam yang diberikan pembatas sehingga kemasan kemasan benih tersebut tak menyebar. Hal ini dilakukan agar mudah mengamati selama proses aklimatisasi. Selama proses ini kemasan ikan sebaiknya tidak dibuka dulu dan biarkan selama beberapa menit di dalam air dalam kondisi tertutup. Selanjutnya lakukan pengamatan pada kemasan tersebut, jika di dalam kemasan tersebut telah terlihat berembun maka telah bisa dibuka. Tanda ini menunjukkan bahwa suhu antara perairan tambak dan kemasan benur relatif telah sama.

Pada saat membuka kemasan, lakukan penambahan air kolam ke dalam kemasan tersebut secara pelan dengan memakai telapak tangan sehingga setengah bagian kemasan dalam kondisi berada di dalam air kolam dan diamkan beberapa saat. Selanjutnya lakukan pengamatan kepada kondisi dan aktifitas ikan atau benih pada kemasan tersebut. Bila ikan di dalam kemasan telah terlihat secara aktif hal ini menunjukkan bahwa ikan atau benih telah siap dipindahkan ke dalam kolam. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi air secara umum antara kolam dan kemasan ikan relatif telah sama. Pindahkan ikan dari dalam kemasan ke dalam kolam secara perlahan.

Sumber : https://www.sangkutifarm.com/proses-adaptasi-dan-aklimatisasi-dalam-budidaya-lele/

Jenis Tanaman Herbal Untuk Pengobatan Ikan

 Ada banyak tanaman disekitar kita ternyata dapat dipakai sebagai media pengobatan ikan, hal ini tentunya sangat bermanfaat bidang budidaya ikan. Seiring tren untuk kembali kealam yang turut digalakkan, penggunaan tanaman untuk pengobatan ikan dimaksudkan untuk menekan dampak buruk penggunaan obat kimia.

Pembudidaya harus bisa atasi penyakit ikan, sebab salah satu sumber andalan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia yaitu dalam penyediaan pangan yang berasal dari ikan. Produksi dari budidaya perikanan sendiri secara keseluruhan diproyeksikan akan terus meningkat. Namun, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut seperti halnya dengan makhluk hidup lainnya, ikan juga akan mengalami permasalahan yang akan menurunkan produktivitasnya.

Permasalahan tersebut antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus sehingga tidak mencapai target produksi sesuai dengan yang diharapkan.

Permasalahan lainnya adalah berkaitan dengan mutu lingkungan budidaya yang semakin buruk, yang disebabkan oleh kegiatan budidaya itu sendiri maupun dari luar lingkungan budidaya.

Adanya serangan wabah penyakit tersebut pada dasarnya sebagai akibat terjadinya gangguan keseimbangan dan interaksi antara ikan, lingkungan yang tidak menguntungkan ikan dan berkembangnya bakteri patogen penyebab penyakit. Kemungkinan lainnya adalah adanya agen penyakit ikan yang masuk dari luar yang terbawa oleh ikan baru, pembudidaya ataupun terbawa melalui udara. Hal ini akan menimbulkan penyakit meskipun kondisi lingkungannya relatif baik.

Untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan-bahan kimia maupun antibiotika dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun di lain pihak pemakaian bahan kimia dan antibiotik secara terus menerus dengan dosis atau konsentrasi yang kurang tepat, sehingga akan menimbulkan masalah baru berupa meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap bahan tersebut. Masalah lainnya yang timbul adalah bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, ikan itu sendiri dan manusia yang mengkonsumsinya.

Dalam usaha budidaya ikan diperlukan terobosan baru untuk meningkatkan produksi. Namun, teknik itu harus tetap memperhatikan lingkungan. Beberapa alternatifnya adalah dengan menggunakan pupuk organik, suplemen organik, probiotik yang tangguh, maupun tumbuhan tradisional yang bersifat anti parasit, anti jamur dan anti bakteri.

Budidaya secara alami dengan memberikan tanaman sebagai pakan sekaligus mengendalikan penyakit secara alami dapat menjadi alternatif. Beberapa keuntungan antara lain relatif lebih aman, mudah diperoleh, murah, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun beberapa tanaman yang dapat berperan sebagai pestisida alami yaitu:

Kamboja

Dalam akar dan daun kamboja mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Daun mengandung alkaloid. Getah daun dan batang dapat mengobati koreng ikan akibat serangan jamur Saprolegnia sp. Dosis untuk kolam dengan kolam dengan luas dasar 100 m2 membutuhkan daun sebanyak 10 kg. Bila hanya 2-3 ekor saja, perlakuan menyesuaikan di wadah.

Pulai

Kandungan kimia di kulit batang antara lain alkaloid ekitamina, ekitenina, alsonina, akiserina, ekitina, ditamina, ektamidina dan ekiterina. Kandungan kimia yang ada kaitannya dengan pengobatan penyakit kulit belum jelas diketahui.

Randa Nunut

Untuk pengobatan ikan, daun tanaman ini bisa digunakan sebagai obat antijamur. Caranya, ambil 5-10 lembar daun untuk 30 liter air. Remas daun kemudian diperas dan ampas daun diangkat. Setelah ampas diangkat masukkan ikan sakit selama 60 menit.

Beberapa Tanaman untuk Mengendalikan Hama

Akar Tuba/Akar Jenu

Akar tuba mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Salah satu produksi metabolit sekunder yang dikandung oleh tanaman tuba adalah rotenon. Kandungan rotenon tertinggi terdapat pada akar, yaitu 0,3-12%. Rotenon merupakan racun perut dan kontak, tetapi bersifat sistemik. Akar tuba berfungsi sebagai racun serangga. Akar ini berguna untuk membunuh predator di kolam sebelum pendederan atau pembesaran.

Ketepeng

Kulit kayu dan daun mengandung aloe-emodin, asam krosofanat, resin, krisofanol dan seng. Sementara asam oleat terkandung dalam biji. Secara tradisional daun dapat bermanfaat untuk membunuh predator di kolam.

Gamal/Liridiyah

Tanaman ini banyak ditemui tumbuh liar di pekarangan rumah atau di lahan yang tidak terurus. Daun mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.

Nanas

Berdasarkan pengalaman peternak, nanas dapat memberantas kepiting. Hewan itu sering merusak tunggul kolam. Caranya, nanas dicacah sampai lembut, lalu cacahan diaduk adukkan ke tanah dengan radius 0,5 m di sekitar lubang kepiting. Selain itu, dengan menanam nanas di tanggul kolam dapat mencegah kepiting datang.

Tefrosia dan Sembung

Komponen aktif tefrosia adalah tephorosin dan deguelin yang merupakan senyawa isomer dan rotenon. Penilitian dari filipina mengungkapkan bahwa daun mengandung 5% rotenon. Daun sembung mengandung buneol, sineol, limonen dan dimetil eter floroasetofenon. Tefrosia dan Sembung sangat beracun terhadap keong mas. Keong mas sebenarnya bukan predator, tapi keberadaannya menjengkelkan peternak karena mempu menyerap fitoplankton.

Tembakau

Daun tembakau mengandung bahan beracun yang disebut nikotin. Konsentrasi tertinggi terdapat pada ranting dan tulang daun. Kandungan lain adalah saponin, alkaloid, flavanoid dan polifenol. Penggunaan tembakau ternyata efektif untuk memberantas hama, seperti ikan, cacing polychaeta atau trisipan.

Sumber : https://infoakuakultur.com/category/budidaya-ikan/