Daphnia sp. atau yang umumnya disebut kutu air merupakan
salah satu jenis pakan alami yang potensial
untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan
pembenihan ikan air tawar terhadap ketersediaan pakan alami yang sesuai
bagi benih ikan yang telah berumur 6
hari (Serezova, 2017). Kutu air bisa disebut sebagai pakan alami yang terbaik,
khususnya bagi ikan cupang. Hal ini terjadi
karena terdapat kandungan protein serta nutrisi yang
terbilang tinggi di dalamnya. Namun, kutu air ini sangat jarang ditemukan
jika tidak dibudidayakan khususnya pada perairan
tawar. Kondisi ini
menyebabkan kutu air menjadi terbatas dan perlu dibudidayakan. Sehingga untuk upaya pengelolaannya di perairan
tawar sangat dibutuhkan aspek biologi dan ekologis pada kutu
air.
Kutu air memiliki
keunggulan seperti kemampuan berkembang biak dalam waktu relatif singkat yaitu mulai 4 hari dengan
telur sebanyak 4-22 butir (Serezova, 2017). Daphnia sp. dapat hidup pada rentang suhu 18-24°C. Rentang
suhu ini merupakan
rentang
suhu
yang
optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan
Daphnia sp. Diluar suhu tersebut, Daphnia sp. akan cenderung
bersifat dorman atau dalam keadaan
berhenti untuk tumbuh. Daphnia sp.
membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu
6,7 sampai 9,2. Seperti halnya makhluk akuatik lainnya pH tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia sp. Oleh karena itu kadar NH3 (amonia) perlu
dijaga dengan baik. Untuk mengoptimalkan kultur
kutu air dapat dilakukan dengan
teknik daily feeding, yakni
penmbudidayaan dengan memberikan pakan air rendaman dedak setiap hari.
Peningkatan konsentrasi amonia
dipengaruhi oleh sisa bahan organik
yang menyebabkan rentang pH menjadi besar (Sitohang et al., 2012).
Ketahanan Daphnia sp. yang baik pada perairan sedikit oksigen disebabkan oleh kemampuannya untuk melakukan sintesis hemoglobin. Naiknya kadar hemoglobin dalam darah Daphnia sp., selain diakibatkan oleh kurangnya oksigen terlarut di perairan, juga diakibatkan oleh kenaikan suhu dan kepadatan populasi Daphnia sp. yang tinggi. Dalam kondisi oksigen terlarut rendah, maka akan meningkatkan kadar hemoglobin untuk membantu menyalurkan oksigen dalam tubuh mereka. Adanya hemoglobin ini menyebabkan Daphnia sp. berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup (Samhari dkk, 2014).
ada dua metode dalam melakukan kultur
kutu air, yaitu dengan menggunakan pupuk kotoran
unggas dan air pemeliharaan ikan. Langkah-langkah dalam melakukan kultur kutu air pada masing-masing metode adalah sebagai berikut
1. Mencari Bibit untuk Budidaya Kutu Air
Untuk mendapatkan bibit kutu air dari alam dapat dijumpai di selokan atau genangan air. untuk mengkultur kutu air ada beberapa bahan yang harus disiapkan diantaranya adalah kotoran unggas,
susu atau teh, dan ampas kedelai dan bahan-bahan lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Siapkan Wadah
Budidaya Kutu Air
Wadah yang digunakan untuk kultur kutu air dapat mengunakan bak yang terbuat dari bak beton, bak fiber atau bak plastik/terpal. Jika tidak ada, bisa juga menggunakan ember plastik yang berukuran besar yang sudah tidak terpakai lagi.
Sebelum diisi air, taburilah wadah
tersebut menggunakan kapur
untuk menetralkan tingkat
keasaman.
Selain itu, dalam memelihara kutu air,
tidak memerlukan banyak air karena kutu air tidak membutuhkan kolam yang dalam untuk hidup.
A. Kultur Kutu Air dengan Kotoran
Unggas
·
Probiotik (Autotrop)
· Ragi
· Molase
Alat :
·
Bak
ukuran 1 X 2X 0,5 m
·
Karung / waring
Langkah kerja :
2. Bak disiapkan dan diisi air hingga 50 cm
3. Fermentasi pupuk unggas dengan probiotik, ragi dan molase 10 ml probiotik, pupuk 10 kg, ragi 1 butir, molase 100 ml. Proses fermentasi dilakukan selama 2 hari.
4. Aplikasikan pupuk pada media kultur dengan cara menenmpatkannya pada karung/waring, kemudian ditempatkan di bak kultur dengan dosis 1 kg / 1000 ltr air
5.
Inokulasi Daphnia sebanyak 50 gr
6. Inkubasi selama 7-15 hari hingga booming dan siap untuk dipanen
A. Kultur kutu air dengan air media pemeliharaan ikan
Bahan :
1. Rebus molase 1 liter dalam air 20 liter hingga mendidih lalu dinginkan sampai benar-benar dingin.
2. Tambahkan/campurkan air kelapa 2 liter, yakult 2 botol, ragi 2 butir (10 gr ) diaduk hingga merata.
3. Inkubasi selama 3 hari, bakteri sudah dapat digunakan sebagai starter fermentasi pakan dan dominasi pengurai di air media pemeliharaan ikan hingga air pemeliharan berwarna merah.
4. Gunakan air media pemeliharan sebagai pupuk dengan perbandingan 1 : 5 (1 bagian pupuk/air pemeliharaan, 5 bagian air bersih)
Sumber Pustaka : Tim Budidaya Perikanan BPPP Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar